Tuesday, April 19, 2011

TANDA TANYA (?), satu lagi film yang sarat nilai TOLERANSI

Minggu siang di Solo yang panas, saya dan B (Red: panggilan sayang untuk kekasih saya) melajukan motor kearah Singosaren Solo, berharap warung bakso langganan saya buka. Yiipiii...Bakso Remaja, warung bakso ini biasa menjadi langganan saya dan keluarga. Bakso yang super komplit isinya serta uborampenya, B yang baru-baru ini menjadi pengunjung warung ini sepertinya akan segera menjadikan warung ini menjadi tempat yang harus didatangi selama di Solo. Tanpa menunggu lama pesanan kami datang, bakso komplit 2, es teh untuk B dan es jeruk untuk saya. Waktu tak sama berselang, bakso B sudah habis entah kemana hehe.. akhirnya B meminta saya untuk memesankan lagi..Wewww...B emang suka menggila kalu sudah ketemu kuliner daging bulat-bulat ini.




"B, habis ini kita kemana?" tanya saya ditengah sibuknya menyendokkan bakso ke mulut.
"beli serabi notosuman trus ke SGM aj M (red: panggilan sayang B untuk saya ^_^), hmm nonton yuks..." jawab B sambil sibuk memilih uborambe bakso di meja kami.
"hahhh..??? mau liat apa B? M udah lama gak liat www.21cineplex.com niy, jangan sampai liat film yang gak bagus B...terakhir liat resensi film yang bagus kayakna King Speech dan Tanda Tanya, B..." (M)
"yaaa udah M, ntar liat aj apa yang lagi tayang..(sambil senyum, padahal mulutnya masih dipenuhi bakso dan kuahnyaa...)

at Solo Grand Mall
Jam sudah menunjukkan pukul 11.45 wib, saya dan B segera menuju Grand 21, padahal kami tidak tau jadwal terdekat untuk bisa liat film dan parahnya kami tidak tau film apa yang ingin kami liat..tambah lagi B baru inget kalau harga tiket nonton 25ribu kalau weekend..haha..soalnya biasanya saya mengajak B nonton kalau nomatt (15 ribu..hahaha). Setelah liat jadwal, syukurlah ada film Tanda Tanya (?) ditayangkan jam 12.00, tanpa babibu B segera membeli tiket dan memilih tempat duduk kesukaan kami, paling belakang paling tinggi dekat tangga. Yipii...tiket ditangan langsung masuk Studio.



Pertama liat trailer dan resensi film ini di acara berita Selamat Pagi Indonesia di TV ONE, pada moment ini difokuskan pada dikecamnya film ini oleh Pemuda Anshor, di acara ini pula hadir si sutradara film (?) ini yaitu Hanung Bramantyo. Saat melihat film ini kita dimanjakan oleh bintang-bintang tanah air yang sedang "in" seperti Revalina E Temat, Reza Rahadian, Rio Dewanto dan masih banyak lagi, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai sinopsisnya dapat dikunjungi alamat berikut http://filmtandatanya.com/sinopsis/

Setelah seratus menit  menonton film ini, saya begitu terharu di tengah maraknya produksi film-film bioskop di Indonesia yang bergenre seks, comedi (yang menurut saya sedikit dipaksakan) dan cinta picisan, Hanung menghadirkan sosok film yang mampu menggambarkan kehidupan sosial beragama di Indonesia.  Menurut saya film ini bukan hanya sebuah tontonan namun juga sebuah tuntunan. Tuntunan mengenai hidup bertoleransi yang sekarang ini saya rasa makin luntur di negara kita. Melihat film ini membuat saya terdiam sejenak dan tersadar bahwa setiap agama berujung pada satu hal, yaitu Tuhan (kalau di agama saya, kami menyebutnya Allah). Namun sepertinya, masyarakat kita masih sulit untuk menerima dengan yang namanya perbedaan. Dan kesempatan inilah yang digunakan oleh beberapa oknum untuk memecam belah bangsa lewat beberapa teror yang mengatas namakan agama tertentu. Setiap teringat cerita di film ini, rasanya ingin membukakan mata para masyarakat yang masih acuh dan angkuh menerima perbedaan khhususnya beragama. Bukannya setiap agama mengajar kebaikan, bukan bom atau penculikan atu pembakaran tempat ibadah dll.

Makna kata toleransi bagi saya telah ditanamkan orang tua saya sejak kecil, sejak saya mengenal apa itu sholat dan al-quran, sejak saya mengetahui bahwa kakek dan nenek dari Ayah adalah seorang penganut Kristen. Toleransi menurut saya adalah ketika nenek dan kakek saya mengingatkan saya untuk sholat ketika waktunya sudah tiba, ikut membahas situasi sholat Idul Fitri, ikut memberikan selamat Idul Fitri kepada saya sekluarga, dan bahkan nenek saya sengaja memasakkan masakan yang istimewa untuk buka puasa saya sekeluarga. 

Toleransi menurut saya adalah ketika saya datang di tanggal 25 Desember malam untuk membawakan masakan yang istimewa untuk kakek dan nenek serta mengucapkan selamat hari raya Natal sambil mencium tangan dan pipi kakek dan nenek. Dan biasanya Kakek dan Nenek, selalu membalasnya sambil ,mencium pipi saya sambil mengucapkan "semoga kamu selalu dalam lindungan Tuhan, Nduk". Toleransi menurut saya, ketika saya  dan keluarga membantu kakek nenek menyiapkan acara pertemuan agama (Red: semacam pengajian di agama Islam) di rumah beliau, bahkan dalam suatu pertemuan ini Kakek saya dengan bangganya menceritakan kepada Pendeta yang hadir bahwa saya telah lulus kuliah dan langsung mendapat pekerjaan, dan di sela-sela acara itu Pendeta memberikan selamat kepada saya dan mengucapkan beberapa doa untuk kemajuan saya kedepannya.Saya merasa bangga dilahirkan di keluarga dengan kondisi agama yang beragam, membuat saya mengenali indahnya toleransi dan tidak mencoba meributkan Tuhanku Tuhanmu dan Tuhannya, karena semua agama setahu saya mengajarkan kasih.

At last, saya saluut dengan sineas muda Hanung Bramatyo Anugroho yang telah menelurkan karya sebagus ini, semoga mampu menjadi cermin sekaligus menjadi media untuk kita merenungkan arti dan sikap nyata toleransi di kehidupan di sekitar kita.

* terima kasih untuk B, menemaniku menonton film sarat makna kehidupan dan pembahasan yang menarik ditemani ice cream, floss dan beef milano. ^_^

No comments:

Post a Comment